Selamat Datang di Jogja

Fakhry Mubarak
5 min readSep 1, 2019

--

24 Juli 2019 merupakan tanggal yang akan menjadi sangat bersejarah dalam kehidupanku. Rabu itu, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kota Pelajar, Yogyakarta. Lembaran baru telah dibuka, jurnal dunia perkuliahanku akan segera dimulai. Lembaran pertama telah ku buka pada hari itu.

Sekedar informasi, Yogyakarta (Jogja) adalah salah satu kota yang paling ingin ku kunjungi di Indonesia, selain Bandung, Aceh, dan Papua. Setelah menerima kabar kelulusan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melalui jalur SBMPTN, kesenangan yang saya dapatkan luar biasa melimpah. Kenapa?

  1. Perjuanganku untuk GAP YEAR selama 1 tahun berujung manis dengan berakhir di PTN dengan program studi TEKNIK INFORMATIKA (prodi yang paling kuinginkan setelah ILMU HUKUM) yang telah terakreditasi A.
  2. Aku akan menetap di Yogyakarta. Sarangnya cendekiawan. Gudangnya buku-buku terbaik. Kota pelajar. Serta nikmatnya gudeg :) telah menantiku untuk beberapa tahun yang akan datang.

Hari ini, saya telah berada di Jogja selama 1 bulan + 1 minggu. Saya baru punya waktu luang setelah disibukkan dengan kegiatan OSPEK Kampus (PBAK) dan Sosialisasi Pembelajaran (SOSPEM) yang sukses memberiku demam + pilek + batuk berdahak. :)

Selanjutnya, saya akan bercerita tentang sebulan pertama saya di Jogja.

SEBELUM KE JOGJA

Hal yang paling saya sesali adalah mencari kosan sebelum tiba di Jogja melalu aplikasi M***K*S. Saya telah melakukan survei melalui aplikasi tersebut sebelum berangkat ke Jogja dengan tujuan ketika saya telah sampai di Jogja, saya bisa langsung menuju KOSAN dan beristirahat. Setelah berkutat mencari kosan yang ideal di sekitar UIN Sunan Kalijaga, saya tidak menemukan satu pun yang sesuai dengan kriteria saya (kebanyakan kos putra sudah full). Akhirnya, kuperluas jarak pencarianku dan menemukan sebuah kosan dengan fasilitas yang kuinginkan (Kamar Mandi Dalam + WIFI) seharga Rp 750.000 per bulan dan wajib untuk melakukan reservasi selama 1 tahun (Rp 9.000.000).

TIPS SEBELUM KEJOGJA :

  1. Lebih baik untuk menginap 1–3 malam di hotel atau menetap di rumah kenalan sehingga dapat lebih leluasa mengecek kosan di area sekitar kampus.
  2. Aplikasi MAMIKOS dan InfoKost di sosmed hanya sebagai penunjang untuk mencari kosan secara langsung di lapangan.

PERTAMA KALI TIBA DI JOGJA SETELAH 19 TAHUN LEBIH MENGHIRUP UDARA INDONESIA.

Menggunakan aplikasi traveloka untuk memesan tiket sehingga mendapat diskon Rp 150.000, saya berangkat menuju Jogja menggunakan maskapai Citilink kelas Economy seharga Rp 1.190.000.

Setiba di bandara Adi Sucipto, saya mencari cara untuk mendapat harga semurah mungkin untuk menuju kos-kosan. Saya menemukan bahwa cara termurah adalah menggunakan aplikasi ojek online (jauh lebih murah daripada taksi online), tetapi harus berjalan sekitar 600 meter keluar bandara (ini jarak yang cukup jauh kalau kalian bawa barang berat, waktu itu saya bawa koper 19 kg :)).

Setelah sampai di kosan menggunakan go-car dengan biaya Rp 20.000, saya langsung beristirahat sejenak kemudian berangkat ke Mirota Kampus terdekat dari kosan saya untuk mencari keperluan kosan.

Mirota Kampus adalah swalayan yang lengkap dan murah berisi kebutuhan sehari-hari.

PEKAN PERTAMA DI JOGJA

Pekan pertama di Jogja kuhabiskan untuk mencari perlengkapan kos dan motor bekas. Aku ditemani temanku yang merupakan mahasiswa Pascasarjana yang kutemui di Kampung Inggris (Pare). Dengan menggunakan bahasa Jawa, dia handal dalam menawar MIO 2017 bersama penjaga deler tersebut, harganya berhasil diturunkan Rp 300.000. Sebagai rasa terima kasih kepada temanku, kusisipkan uang Rp 100.000 ke saku bajunya.

PEKAN KEDUA DI JOGJA

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku lebaran di tempat yang berbeda dengan kedua orang tuaku. Aku harus menerima fakta bahwa aku memang berada di luar zona nyaman dan harus mengambil risiko ini. Berada jauh dari orang tuaku.

Dio, sobat karibku, lebaran di Jogja bersama keluarganya. Aku memutuskan untuk lebaran bersema mereka. Mereka keluarga yang sangat baik, mengajakku keliling Jogja dan ditraktir makan enak :). Malam setelah lebaran, Dio akan langsung berangkat ke Malang untuk menempuh studi S1-nya di Universitas Brawijaya, prodi Kewirausahaan.

Aku tidak banyak menceritakan tentang lebaran di Jogja, berhubung ada masalah sangat aneh dan belum pernah aku temui sebelumnya. Tapi, inilah hidup. Tidak selamanya akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.

PEKAN KETIGA DI JOGJA

H+1 Idul Adha, aku langsung registrasi PBAK(ospek) dan mendapatkan PR untuk menulis esai sebanyak 4 halaman. Aku suka membuat esai, tapi aku tidak suka menulis tangan, terlalu kuno untuk era digital hari ini.

Pekan ketiga di Jogja lebih banyak kuhabiskan dengan belajar bahasa pemrograman JavaScript. Tidak teralu rumit memang, tetapi banyak yang bilang “JavaScript is easy to learn, hard to master.” (JS itu gampang dipelajari, sulit di kuasi). Aku stuck di episode 40 dari 44 episode karena tugas PBAK yang sangat banyak.

PEKAN KEEMPAT DI JOGJA

Oke, pekan keempat di Jogja adalah salah satu waktu paling sibuk yang pernah aku alami seumur hidupku. Tugas2 yang sangat banyak dan persiapan untuk lomba mewakili Fakultas SAINTEK sangat menguras waktuku. Untungnya, kakak yang bertugas mendampingi kami (Kak Hila) bersedia untuk membantu kami mengerjakan beberapa tugas yang cukup berat.

DEBAT PERTAMA SETELAH HAMPIR 2 TAHUN . . .

Bisa dibilang, aku adalah seorang pendebat ulung. Pengalaman debatku di SMA sangat melimpah. Setelah satu tahun lebih aku mempersiapkan untuk masuk kuliah, aku memutuskan untuk tidak memasukkan debat dalam salah satu daftar kompetisi yang aku ikuti ketika kuliah. Kenapa? Karena aku ingin fokus ke bidang IT dan debat tidak membantu banyak dalam pengembangan minta dan bakatku di bidang IT.

Tetapi . . .

Ditawari untuk berdebat di tingkat Universitas membuat adrenalinku terpacu, semangatku kembali. Tantangan berupa harus se-tim dengan orang-orang baru, cukup membuatku pusing dengan posisi pembicara yang akan aku mainkan. Setelah menimbang, aku memutuskan tetap pada keahlianku sebagai second speaker.

Awalnya, aku meragukan kemampuan timku. Di timku yang lama, kami semua memang menguasai tata cara berdebat dengan baik dan benar. Kami telah ahli di posisi kami masing-masing. Akan tetapi, tim baru ini berbeda. Aku tidak tahu kemampuan rekan-rekan debatku. Akhirnya, aku memutuskan untuk tetap fokus pada case build kami saja. Aku mematangkan semua argumen yang kumiliki. Aku berusaha semaksimal mungkin mengawasi timku dan posisi ke berapa yang paling cocok untuk mereka.

Setelah 3 hari berkutat melengkapi case build, hasil kompetisi yang diumumkan oleh dewan juri memutuskan kami Juara 3!! Hal ini tentu luar biasa menyenangkan bagi orang yang di tahun 2017 cukup sering menjuarai kompetisi, namun selama setahun penuh di tahun 2018 tidak mengikuti kompetisi apa pun. Ibarat sudah hampir 2 tahun aku tidak makan, tiba2 ada sebuah roti rasa cokelat jatuh dari langit tepat di hadapanku. Alhamdulillah.

SEPTEMBER DATANG

Waktu terus berjalan sementara aku masih saja melamun . . .

Waktu tak berhenti ketika aku sibuk dengan perbuatan sia-sia . . .

Waktu menggilasku dalam alunan detiknya, mengingatkan bahwa terdapat jutaan mimpi-mimpi yang harus aku raih . . .

-MMRDC, Hakikat Manusia, Jan 2018

Perjalananku masih panjang, targetku untuk Wisuda adalah sebelum MEI 2023!

What Next?

Perjalanan panjang menuju seorang yang memberi syafa’at bagi masyarakat Indonesia!

--

--

Fakhry Mubarak
Fakhry Mubarak

Written by Fakhry Mubarak

Started journey on Graphic Designer, but now prefer to learn about Android Development.

No responses yet