Review dan Reminder dari Rahasia agar Tak Mudah Dilupakan — by Kartini F. Astuti

Fakhry Mubarak
4 min readAug 8, 2019

--

Kartini F. Astuti merupakan seorang influencer yang kubaca tulisannya pertama kali di Instagram. Seorang wanita yang siap menerima siapa saja untuk berbagi kisah dengannya. Saya hanya menjadi seorang pengamat yang tidak pernah berinteraksi dengan teteh Kartini, tetapi setiap tulisannya selalu membuat saya kagum.

Buku ini beliau tulis entah untuk siapa. Katanya, ‘Rahasia agar Tak Mudah Dilupakan’ ditulis spesial untuk kamu.

“Rahasianya memang ada di buku ini. Aku hanya membeberkannya padamu. Jadi, jangan bilang siapa-siapa, ya!,” hlm. 8.

Ada total 23 rahasia dengan kisahnya masing-masing. Di dalam kisah-kisah tersebut, kita bisa (dan menurutku harus) menempatkan diri kita menjadi tokoh apa pun. Beberapa kali kutemui diriku menjadi karakter antagonis dalam tulisan beliau, tetapi bagian itulah favoritku. Karena dengan itu, aku bisa memperbaiki diriku.

Beberapa kisah yang ditulis beliau membuat kita mengangguk-angguk sambil bergumam, “sepertinya saya pernah mengalami hal seperti ini.”

Beberapa lagi yang lainnya membuat hati tersayat dengan kebaikan-kebaikan yang entah bagaimana dilakukan oleh seorang manusia.

Buku ini mengajarkanku untuk menjatuh diri sejatuh-jatuhnya. Bukan untuk menjadi yang paling rendah. Melainkan, untuk mengakui bahwa kita hanyalah manusia biasa yang sering salah, tetapi dengan memperbaiki kesalahan tersebut, kita akan terus naik hingga menemui Yang Maha Sempurna.

Berikut adalah 23 Rahasia yang berikan kepadaku:

  1. Berhentilah Memamerkan Dirimu (Setiap Orang Berpikir Dirinya adalah Pemeran Utama di Dunia)

“Kamu tidak harus terlihat sempurna. Tidak usah repot-repot menuntut cinta dari orang-orang yang juga tak sempurna. Cinta Tuhan yang ada padamu terlampau besar hanya untuk dinikmati sendirian,” hlm. 17.

2. Sikap Tegas akan Kalah dengan Sikap Tulus

“Cinta yang tidak kekal adalah cinta manusia,” hlm. 24.

3. Jangan Benci! Ada Pujian di Setiap Olok-olokan

“Singa ditakuti karena dia diam, sedangkan anjing dijadikan mainan karena menggonggong,” hlm. 31.

4. Interaksi Sebelum Instruksi, Apa yang Dia Inginkan?

“…, manusia itu banyak sekali maunya. …, manusia juga butuh perhatian atau sesuatu seperti pertanyaan yang menunjukkan kepedulian, bukan pertanyaan menyudutkan,” hlm. 37.

5. Jangan Remehkan! Kita Tidak Tahu Sedang Menghadapi Siapa

“Seburuk apa pun orang lain di hadapan kita, dia tidak hina dibandingkan dengan orang yang memandang rendah orang lain,” hlm. 46.

6. Hentikan Pembuktian pada yang Menyakitimu (Apresiasi itu seperti merpati, akan kembali pada yang melemparkannya. Percayalah!)

“Kasihani mereka. Dan kasihani dirimu dari perbuatan sia-sia. …, dendam itu seperti meminum racun, tetapi berharap orang lain yang mati,” hlm. 53.

“…, mereka telah diizinkan Tuhan untuk mengubahmu menjadi berlian…. Kalau sudah, buktikan persembahanmu pada Sang Pencipta, bukan pada mereka,” hlm. 56–57.

7. Tidak Ada Cara untuk Bicara Selain dengan Mulai Bicara (Rahasia Bercerita : Semua tentang Kamu, bukan Aku)

“Jadikan ketakutanmu sebagai alasan untuk meminta kekuatan Tuhan,” hlm. 64.

8. Sikap Setia Lebih Mampu Bercerita daripada Kata-Kata

“Setianya manusia, hanya sementara. Tapi setianya Tuhan, selama-lamanya,” hlm. 72.

9. Mulailah Posisikan Diri sebagai Orang Lain

“Cobalah membuat orang lain menginginkan berlama-lama denganmu karena merasa hanya kamu yang tahu tentang dirinya,” hlm. 79.

10. Jangan Pernah Katakan, “Nggak Tahu Aja Siapa Aku!”(Setiap penjahat punya teman, tapi tidak dengan orang sombong.)

“Dalam percakapan, orang lain tidak butuh segala kisah tentang kehebatanmu. Sama sekali tidak butuh! Orang lain hanya butuh kamu menghebatkan mereka dengan mendengar kisah hidup mereka yang mungkin berbeda dengan kisah hidupmu,” hlm. 87–88.

11. Hadirlah dengan Wajah Seakan Berkata, “Kamu Nggak Sendirian.”

“Dia hanya tahu, kalau kamu butuh pelukan,” hlm. 94.

12. Bisikkan di Telinganya, “ Tuhan Mengirimkan Aku.”

“Sebab, Tuhan sengaja membuat kita berbeda agar kita membutuhkan seseorang yang bisa menyempurnakan kita,” hlm. 102.

13. Selalu Bayangkan Jadi Orang Lain (Rahasia dipercaya :Katakan Kamu Keren!)

“Dan hanya kepada Tuhan kamu berharap balasan,” hlm. 111.

14. Jangan sekali-kali Bicarakan Kesalahan Orang Lain

“Bencilah pada dosa, tetapi jangan pernah benci pada pendosa yang mungkin sudah jauh-jauh hari diampuni Tuhan-Mu,” hlm. 121.

15. Faktanya, Dia Rindu Melihatmu Menyesal

“Kalau aku salah, tegur saja aku karena bukan hanya kamu yang ingin berubah,” hlm. 131

16. Jebak yang Bersalah dendam Minta Maaf Terlebih Dahulu.

“Jangan pernah merasa jadi korban, sekalipun kamu berdarah. Jangan pernah merasa tersakiti, sekalipun seluruh dunia bersimpati padamu. Akui kesalahanmu lebih dulu dari siapa pun. Dan, lihat saja, Tuhan akan lebih dulu memaafkanmu dari siapa pun,” hlm. 140.

17. Segera Pura-Pura Bodoh, Saat Orang Lain Merasa Bodoh

“Karena hanya orang cerdas yang mampu berpura-pura bodoh. Merendah itu pelajaran paling tinggi, hanya orang di ataslah yang bisa merendah,” hlm. 147.

18. Seni Rendah Hati Tanpa Takut Tersaingi : Beri Pengakuan

“Ini bukan zamannya kompetisi. Ini zamannya kolaborasi,” hlm. 159.

19. Beritahukan Kenyataaan yang Ada Secara Rahasia

“Setiap kamu sedang mematahkan prinsip orang lain di depan umum, kamu bukan sedang memperbaiki orang lain, melainkan hanya ingin mempermalukannya dan mengatakan pada dunia kalau prinsip kamu jauh lebih benar,” hlm. 167.

20. Sampaikan maksud baik dengan kata-kata baik

“Berjanjilah untuk berbagi cerita kepada Tuhan dan kepada sebagian kecil penduduk semesta yang mungkin akan menjadi jalan bagi terkabulnya doa-doa panjangmu,” hlm. 176.

21. Jadikan Mereka Sahabat, Bukan Pengikut

“Lebih baik memiliki satu orang sahabat yang melengkapimu, daripada memiliki seribu teman yang bersamanya kamu masih merasa sendiri,” hlm. 184.

22. Tantangan, Kesempatan Besar buat Belajar

“Mulai detik ini, bantu siapa pun untuk menyiapkan diri mereka tanpa menghitung apa yang belum mereka punya, tanpa memandang siapa diri mereka sekarang,” hlm. 191.

23. Sama-sama berpegang pada cita-cita yang tinggi

“Jangan bercita-cita memuaskan diri sendiri, karena bisa saja kita merasa puas dengan merebut segala sesuatu yang bukan hak kita.

Jangan juga bercita-cita untuk memuaskan orang lain , karena orang lain bisa sangat puas ketika melihat kita terpuruk.

Bercita-citalah memuaskan Sang Pencipta. Dialah satu-satunya yang tidak pernah mengecewakan kita,” hlm. 199.

-Fin-

Dariku untuk siapa pun yang membaca ini, kita sering kali ingin berbuat baik setiap saat kan? Tetapi ada saatnya dimana kita dalam posisi serba salah. Saat berada pada posisi tersebut, carilah sahabat-sahabat yang selalu siap menopang kita. Yang siap memikul beban berat itu bersama kita. Pertahankan dia, dan bersama, kalian akan bahagia.

Percayalah!

--

--

Fakhry Mubarak
Fakhry Mubarak

Written by Fakhry Mubarak

Started journey on Graphic Designer, but now prefer to learn about Android Development.

No responses yet