Bandung 2020

Fakhry Mubarak
2 min readJan 9, 2020

--

Hari ketiga di Bandung, aku telah bertemu dengan banyak wajah dan ekspresi.

Seorang bapak tua yang masih berusaha untuk membawa sepeda motor menggunakan jaket hijau demi menafkahi keluarganya. Ekspresinya penuh perjuangan, tapi selalu saja ada senyum dibalik raut wajahnya.

Di lembang, aku bertemu jauh lebih banyak orang dengan raut wajah yang jauh lebih tua. Mereka membakar jagung, menjual balon, memetik berry, menggenggam tasbih, dan menawarkan sebuah syal. Ekspresi mereka hampir serupa. Ekspresi para pejuang nafkah.

Raut wajah yang lebih muda lebih sering kutemui di mall-mall kota Bandung. Beberapa ekspresi dari mereka sangat bersemangat menjual produk-produk branded dengan price tag 6 hingga 8 digit angka. Orang-orang seperti mereka, mungkin akan mendapat bonus ketika berhasil menjual produk-produk tersebut, entahlah. Beberapa pula kutemui ekspresi lemas dan pasrah, seolah sekeras apa pun mereka berusaha, mereka tetap akan berakhir di tempat tersebut sebagai sales, penjaga toko, dll. Mungkin mereka pernah punya impian-impian setinggi langit, tapi takdir mereka tidak sesuai dengan harapan mereka. Sisanya, mereka yang datang untuk menikmati jerih payah siapa pun, baik dia maupun orang lain. Kadang mereka bersama pasangannya, kadang juga sendiri.

Aku sendiri, beserta 2 orang temanku, lebih memilih untuk tersenyum sambil memegang gawai dan mengangkat 2 jari pada tangan kami melambangkan kami mencintai perdamaian, sambil menikmati hasil jerih payah orang tua kami yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang jauh lebih bermanfaat. Heh. Untuk hal seperti ini, di satu sisi aku bahagia, tetapi disisi lain ada perasaan bersalah terhadap hati dan kedua orang tua.

Ekspresi manusia selalu bisa mendeskripsikan secuil informasi dari kesehariannya. Bahkan, tidak memiliki ekspresi di raut wajah pun menggambarkan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Ekspresi juga bisa menjadi pesan rahasia yang ingin disampaikan kepada orang lain. Ketika butuh perhatian, seseorang akan memilih untuk menggunakan ekspresi memelas atau kesal, atau ekspresi lainnya.

Di Bandung, aku menemukan banyak ekspresi. Tulisan ini hanya menggeneralisasi beberapa ekspresi yang sering aku jumpai, tetapi baru aku sadari bahwa ekspresi manusia-manusia Bandung jauh lebih variatif. Favoritku adalah raut wajah seorang pejuang. Mereka berusaha menghidupi segelintir perut dari darah daging mereka dengan harapan kelak hidup mereka akan jauh lebih baik.

Bandung, 9 Jan 2020.

--

--

Fakhry Mubarak
Fakhry Mubarak

Written by Fakhry Mubarak

Started journey on Graphic Designer, but now prefer to learn about Android Development.

No responses yet